Jumat, 10 Desember 2010

Motinggo Boesje Menurut Wikipedia


Motinggo Busye yang bernama asli Bustami Djalid (lahir di Kupangkota, Bandar Lampung, 21 November 1937 – meninggal di Jakarta, 18 Juni 1999 pada umur 61 tahun) adalah seorang sutradara dan seniman Indonesia.

Asal usul
Motinggo lahir dari pasangan Djalid Sutan Raja Alam dan Rabi'ah Ja'kub yang berasal dari Minangkabau. Ibunya berasal dari Matur, Agam dan ayahnya dari Sicincin, Padang Pariaman. Setelah menikah, mereka berdua pergi merantau ke Bandar Lampung. Disana ayahnya bekerja sebagai klerk KPM di Kupangkota, sedangkan ibunya mengajar agama dan Bahasa Arab. Ketika usianya mendekati 12 tahun, kedua orang tuanya meninggal dunia. Sepeninggal orang tuanya, Motinggo diasuh neneknya di Bukittinggi hingga ia menamatkan SMA disana. Motinggo kemudian melanjutkan pendidikannya ke Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada (tidak tamat).

Nama Gelar
Motinggo merupakan nama pena Bustami yang berasal dari Bahasa Minang: mantiko. Kata tersebut memilki makna antara sifat bengal, eksentrik, suka menggaduh, kocak, dan tak tahu malu. Namun mantiko dalam diri Motinggo bukanlah berkonotasi negatif. Untuk itu dia menambahkan kata bungo (bunga) dibelakang nama samarannya itu, sehingga lengkap tertulis Mantiko Bungo (MB). Dari inisial MB inilah akhirnya berkembang nama Motinggo Busye. Selain nama pena dan nama pemberian orang tua, sesuai Adat Minangkabau, Motinggo juga memilki nama dewasa (gelar) yaitu Saidi Maharajo.

Karier
Awal karier Motinggo dalam dunia tulis menulis, dimulai ketika perwira Jepang Yamashita datang ke rumahnya memberi mesin ketik. Mesin itu akhirnya menjadi sahabat Motinggo untuk mencurahkan ide-idenya. Selain itu, persentuhannya dengan buku-buku sastra Balai Pustaka, telah menumbuhkan minatnya untuk terjun di dunia sastra. Dramanya, Malam Jahanam (1958), mendapat Hadiah Pertama Sayembara Penulisan Drama Bagian Kesenian Departemen P & K tahun 1958 dan cerpennya, "Nasehat buat Anakku", mendapat hadiah majalah Sastra tahun 1962. Karya-karyanya banyak diterjemahkan ke bahasa asing, antara lain Bahasa Ceko, Inggris, Belanda, Perancis, Jerman, Korea, Jepang, dan Mandarin. Sebagai penyair, karya-karyanya masuk dalam antologi penyair Asia (1986) dan antologi penyair dunia (1990). Sepanjang hidupnya Motinggo telah menulis lebih dari 200 karya yang sampai saat ini masih tersimpan di Perpustakaan kongres di Washington, D. C.. Pernah menjadi redaktur kepala Penerbitan Nusantara (1961-1964) dan Ketua II Koperasi Seniman Indonesia.

Selain terlibat dalam dunia sastra dan drama, Motinggo juga menyukai melukis. Pada tahun 1954, sebuah pameran lukisan di Padang pernah menampilkan 15 lukisan karya Motinggo.

Daftar karyanya yang lain
* Malam Jahanam (novel, 1962)
* Badai Sampai Sore (drama, 1962)
* Tidak Menyerah (novel, 1963)
* Hari Ini Tak Ada Cinta (novel, 1963)
* Perempuan Itu Bernama Barabah (novel, 1963)
* Dosa Kita Semua (novel, 1963)
* Tiada Belas Kasihan (novel, 1963)
* Nyonya dan Nyonya (drama, 1963)
* Sejuta Matahari (novel, 1963)
* Nasehat buat Anakku (kumpulan cerpen, 1963)
* Malam Pengantin di Bukit Kera (drama, 1963)
* Buang Tonjam (legenda, 1963)
* Ahim-Ha (legenda, 1963)
* Batu Serampok (legenda, 1963)
* Penerobosan di Bawah Laut (novel, 1964)
* Titian Dosa di Atasnya (novel, 1964)
* Cross Mama (novel, 1966)
* Tante Maryati (novel, 1967)
* Sri Ayati (novel, 1968)
* Retno Lestari (novel, 1968)
* Dia Musuh Keluarga (novel, 1968)
* Sanu, Infita Kembar (novel, 1985)
* Madu Prahara (novel, 1985)
* Dosa Kita Semua (novel, 1986)
* Aura Para Aulia: Puisi-Puisi Islami (1990)
* Dua Tengkorak Kepala (1999).

Dari : id.wikipedia.org

Tidak ada komentar:

Posting Komentar